Senin, 28 Januari 2008

Sate GETHEK


"glodak"
kepalaku terbentur kaca ketika mobil yang saya tumpangi kembali harus melewati jalan yang sangat berlubang disanasini "siapa sih bupatinya?" begitu pertanyaan dari teman di kursi belakang. memang jalan yang kami lewati sunguh sangat parah jika hal ini adalah ukuran jalan utama yang menghubungkan antar kabupaten. walaupun pemandangan alamnya sangat menghibur karena melewati hutan jati dan sesekali perbukitan terlihat dan beberapa hamparan sawah tetapi hal tersebut sangat sulit untuk dinikmati karena kami harus menjaga keseimbangan tubuh yang terlempar kesana-kemari. "pak sopir dikurangi kecepatanya agar goncangannya tidak begitu terasa!" beberapa kali protes terdengar sekali lagi dari teman di kursi belakang. kadang sih agak begitu pelan ketika lubang jalan memang begitu dalam tetapi gas pun langsung di-injak dalam-dalam setelahnya karena bagaimanapun juga kami harus segera sampai karena penduduk sudah menanti. Sorepun menjelang ketika kami sudah memasuki taman seribu lampu (begitu sebutan penduduk setempat pada sebuah area publik yang bukanya di penuhi oleh berbagai pohon tetapi tertancap tiang-tiang lampu yang jumlanya sih tidak sampai seribu -ngak percaya hitung aja sendiri-)
kami pun memasuki dusun yang begitu padat penduduknya. lantainya sih sudah bersih-bersih tetapi di temboktembok rumah masih terdapat bukti otentik terjadinya banjir karena di tembok tersebut sungguh sangat mencolok perbedaan antara batas yang terendam air dengan yang tidak. -sulit mas dihilangkan, mungkin harus di cat lagi- begitu katakata yang muncul dari salah satu ibu yang sedang mencoba membersihkan temboknya. suara azan pun berkumandang ketika paket kebersihan dibawa oleh sebuah becak yang menghilang ditikungan masjid. "mari mas mampir ke tempatnya pak Rt! sudah disediakan sate khas Cepu" begitu ajakan seorang pemuda sambil membawa kertas laporan distribusi yang dimasukan ke dala map biru. wah lumayan nih buat mengobati perut yang keroncongan sejak penurunan barang tadi. akupun sudah membuka lubang hidung agar membesar semaksimal mungkin karena sejak tadi jalan belum sampai juga -silahkan masuk mas!- akupun segera tersadar oleh lamunan ku. belum juga badan ini masuk kesebuah rumah sudah disodori sepiring lontong yang dikasih kecambah dengan lumuran bumbu yang mengoda. "silahkan makan!" akupun segera tersadar oleh lamunanku yang kedua. akupun menganguk sambil menahan rasa laparku karena masih sangat mengharapkan sepiring sate sebagai lauk. "satenya diambil lagi biar temanteman dari jogja merasakan masakan khas kampung ini" sambil bercerita bahwa makanan inilah yang menyelamatkan warga disini dari kelaparan ketika bencana banjir tersebut menerjang, karena makanan ini kuat untuk beberapa hari dan cukup mengenyangkan dan menghasilkan tenaga yang cukup di masa krisis tersebut namanya sate gethek hal ini terinspirasi pada alat transportasi utama sewaktu banjir yaitu tumpukan pohon pisang yang ditata rapi dan disambungkan dengan bambu sehingga berfungsi seperti perahu. sate gethek berbahan dasar ketela pohon yang di potongpotong kemudian direndam dengan bumbubumbu ditusuk jadi satu menyerupai sate dan dibakar. seketika itu perutpun terasa kenyang, terimakasih atas karuniaMU !!!

Dapatkan gratis sepiring pisang bakar selama bulan januari dengan menjawab pertanyaan dari teman di kursi belakang

didukung oleh: www.kentangoreng.blogspot.com

Tidak ada komentar: